#26haribertjerita : Dua Puluh Enam

Alkisah, pada 1 Desember 2021 aku melakukan medical check up (MCU) di salah satu rumah sakit di Jakarta. Mulanya semua berjalan biasa saja. Pengambilan sampel darah, urin, pengukuran indeks massa tubuh, pengecekan gigi, ECG, THT, thorax, dan sebagainya. Namun aku kaget ketika menjalani pemeriksaan mata. Kedua mataku tidak bisa melihat huruf-huruf di proyektor dengan jelas, semua terlihat kabur. Kutanyakan pada petugas pemeriksa: Apakah saya memiliki indikasi mata minus? Sayangnya, pertanyaan itu hanya dijawab dengan saran agar aku memeriksakan mataku ke poli mata selepas MCU ini. Sungguh, aku masih dilingkupi perasaan bingung karena sampai saat itu aku masih sanggup membaca tulisan kecil dari jarak jauh. Membaca huruf di smartphone maupun laptop dengan ukuran font 10, bahkan 8, saja aku masih bisa.Untuk sementara aku tak ambil pusing kecuali langsung menceritakan hal ini pada Romoku sekembalinya aku ke Blitar. Tapi, urgensi untuk memeriksakan mataku meninggi setelah pada 9 Desember 2021, aku mengalami kesulitan melihat tulisan di neon box. Sore itu, selepas salat Maghrib aku nekat pergi mengendarai motor seorang diri ke Blitar Square demi menonton #FilmYuni . Entah kenapa rasanya mataku terasa silau ketika berpapasan dengan cahaya dari kendaraan lain dan banyak tulisan di neon box sulit kubaca karena terlihat kabur. Akibatnya, aku terlambat sepuluh menit dari jadwal pemutaran film sebab tak berani memacu motorku dengan kecepatan tinggi seperti biasa. Keesokan harinya, aku minta diantar periksa mata ke optik terdekat. Dari hasil pemeriksaan petugas optik, mataku -1 dan silinder 0,75. Saat itu juga kebanggaanku menjadi kutu buku tanpa kacamata perlahan memudar. Aku pun menjadi orang pertama di antara A4 (Asifu, Ay, Annas, ABC) bersaudara yang mengenakan kacamataSebagai peserta BPJS kelas II, tentu saja aku tidak menyia-nyiakan jatah klaim kacamata. Dua hari berselang dari pemeriksaan di optik, aku mengunjungi poli mata dan diperiksa kembali. Hasilnya berbeda 0,25 lebih banyak, baik untuk minus maupun silinder. Surat eligibilitas pembuatan kacamata langsung kutukar dengan kacamata untuk peserta kelas II. Tak banyak pilihan model kacamata ala-ala kekinian untuk kelas II, tapi aku beruntung mendapat model yang menurutku cukup bagus.Sekarang aku jadi tahu lelahnya menyangga kacamata di batang hidung atau betapa tidak nyaman mengenakan kacamata dan masker sekaligus karena akan terbentuk embun.Ingin tahu penampilanku mengenakan kacamata? Tunggu 31 Desember 2021!

Be the first to reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *