Tidak terkejut, namun ada rasa tidak percaya. Itulah hal kurasakan ketika menyambangi toko buku, alat tulis, dan peralatan kantor bernama Toko Restu yang terletak di Jalan Merdeka Nomor 47-49, Kota Blitar pada bulan Maret 2025 lalu. Rak-rak yang biasa dipenuhi buku bacaan dengan berbagai genre kini kosong melompong, digantikan oleh peralatan kantor seperti lemari berkas. Buku yang tersisa hanyalah buku-buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dan simulasi ujian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Akhir bulan Desember 2024, aku iseng mengunjungi toko buku ini. Semacam mengambil ancang-ancang dan menimbang buku mana yang hendak kubeli nanti ketika gajiku bulan Januari sudah cair. Toko ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama didominasi oleh alat tulis kantor dan peralatan sekolah, lantai dua berisi tas dan aksesoris, sementara buku-buku berada di lantai paling atas.
Setelah menaiki tiga ekskalator yang mati dan membuatku cukup lelah sampai terengah-engah, tibalah aku di lantai tiga. Hanya ada dua rak di sudut ruangan yang berisikan buku bacaan seperti novel, buku bertema pengembangan diri, dan buku non-fiksi. Masih terbaca olehku nama-nama penulis populer seperti Tere Liye, Boy Chandra, hingga Fiersa Besari. Mataku tiba-tiba menangkap dua buku terbitan baNANA: The Catcher In The Rye (J.D. Salinger) dan Kiat Sukses Hancur Lebur (Martin Suryajaya). Satu buku dinobatkan sebagai salah satu novel terbaik sepanjang masa oleh The Times, sedangkan satu lagi berkisah tentang salah satu kota yang pernah kutinggali, Semarang. Bimbang, setahuku baNANA bukanlah penerbit yang payah. Aku harus memilih salah satu di antara mereka sebagai buku pertama yang akan kutamatkan pada tahun 2025.
Tahun berganti, dan gaji bulan Januari sudah masuk ke rekeningku. Sepulang kerja, aku langsung memacu sepeda motorku ke kota Blitar yang berjarak kurang lebih 21 kilometer atau biasa kutempuh dalam waktu 30 menit. Kondisi lantai tiga masih sama seperti terakhir aku berada di kebimbangan menentukan buku apa yang hendak kubawa pulang. Namun kali itu tujuanku sudah jelas. Aku akan membawa The Catcher In The Rye dan meminta diskon kepada kasir karena buku itu tinggal dua eksemplar dan kondisinya tidak mulus. Ada beberapa bagian kertas yang sudah menguning dan kecokelatan. Harapanku jadi kenyataan, buku ini memang sedang didiskon. Buku ini kuperoleh dengan harga di bawah Rp90.000 saja. Sayangnya, itulah kali terakhir aku membeli buku bacaan di Toko Buku Restu karena pada kunjungan selanjutnya, buku-buku bacaan sudah tidak ada. Beberapa sudut diisi lemari besi yang biasa digunakan di perkantoran, sementara rak yang tersisa kosong seakan menyerah pada apa yang kini biasa disebut sebagai senjakala toko buku.

*Judul ini terinspirasi dari salah satu cerpen Triyanto Triwikromo, yaitu Tak Ada Eve di Champs-Élysées
Be the first to reply