#26haribertjerita: Dua Puluh Tiga

Akhirnya, setelah enam bulan terakhir kontrol ke RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang, Jumat lalu (15/10/2021) aku berhasil mengunjungi Museum Kesehatan Jiwa yang letaknya tak jauh dari poli jiwa. 

Di dua bulan pertama kontrol ke RSJ Lawang, aku tak punya banyak waktu karena harus berkejaran dengan jadwal kereta untuk kembali ke Wlingi. Kala itu aku belum memanfaatkan sistem daftar online dan masih mendaftar secara reguler sehingga agenda kontrolku baru selesai selepas pukul 09.00 . Ketika perjalanan kereta lokal dihentikan sementara akibat PPKM, aku pergi kontrol ke Lawang diantar kedua orang tuaku naik mobil. Itu adalah saat di mana aku sudah terbiasa dengan pendaftaran online  yang ternyata mudah dan bisa mendapatkan pelayanan lebih cepat karena pendaftar online diutamakan. Sayang, dengan kelebihan waktu yang kupunya hasil dari membawa kendaraan pribadi, kesempatan untuk berkunjung ke museum ini masih belum berpihak padaku sebab museum ditutup selama PPKM. 

Keberuntunganku kemarin bisa jadi akibat membawa kucing hoki peliharaanku: @aynif . Sudah lama kami tidak melakukan perjalanan sister date sejauh ini. 

Kurang dari pukul 09.00, aku sudah selesai kontrol rutin dan mengambil obat di apotek. Masih ada cukup waktu sebelum kami naik kereta tujuan kota Malang yang akan diberangkatkan dari stasiun Lawang tepat pukul 10.00. Hanya dengan berjalan kaki sekitar lima menit, kami sampai di Museum Kesehatan Jiwa. 

Dari luar, pagar museum ini hanya terbuka sedikit. Di halaman ada sebuah motor terparkir. Kami masuk begitu saja, sebab tak tampak seorang pun di (sebut saja) ruang tamu. Jadilah kami berdua melakukan tur secara mandiri mengikuti petunjuk tanda panah bertuliskan: ALUR PENGUNJUNG. 

Di ruang tamu ada narasi tentang sejarah RSJ Lawang. Krankzinigen Gesticth te Lawang adalah nama yang diberikan ketika RSJ ini resmi dibuka   pada 23 Juni 1902. RSJ Lawang merupakan RSJ kedua di Indonesia setelah RSJ Bogor. Tentu saja dalam rentang waktu lebih dari 100 tahun terjadi perkembangan di berbagai bidang. Beberapa kali Krankzinigen Gesticth te Lawang mengalami perubahan nomenklatur sampai akhirnya pada 23 Juni 2002 diberi nama RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat. (RSJRW) 

Menurut leaflet yang kuambil di meja ruang tamu, Museum Kesehatan Jiwa (keswa) diresmikan bertepatan dengan HUT RSJRW ke 107 (23 Juni 2009).

Di sini pengunjung dapat melihat koleksi foto lawas Krankzinigen Gesticth te Lawang, potret tokoh-tokoh ternama di bidang psikologi, potret menteri kesehatan RI dan direktur RSJRW dari masa ke masa, benda-benda antik dari zaman Belanda seperti: telepon, mesin ketik, proyektor film, buku-buku berbahasa Belanda yang tak kuketahui artinya, dan beberapa alat musik. Ada juga alat tenun bukan mesin yang dulunya dipakai untuk kegiatan rehabilitasi. 

Meski museum ini dapat dikatakan bersih dan memiliki penerangan yang baik, aku tetap tidak bisa menahan rasa ngeri ketika melihat alat pasung, pisau pemotong otak dan alat terapi untuk pasien gaduh gelisah. Di sini aku merasa bahwa museum keswa sudah berusaha dengan cukup baik untuk melakukan edukasi tentang kesehatan jiwa.

Di ruang terakhir sebelum tur museum keswa ini berakhir, barulah aku melihat ada seorang pria sedang duduk di sudut belakang museum. Menyadari keberadaan pengunjung, beliau menghampiri kami, lantas mengajak kami untuk duduk di ruang tamu kemudian menyilahkan kami mengisi buku tamu yang tersedia di meja. 

Kami mengobrol sebentar saja dengan Pak Aji-penjaga museum keswa-karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.18 dan harus bergegas ke stasiun Lawang. Tak lupa kakakku mengambil semua leaflet edukasi kesehatan jiwa yang tersedia di meja sebelum kami pergi ke pangkalan ojek pengkolan.

Bagi kalian yang ingin berkunjung ke museum keswa, silakan berkunjung pada hari kerja: Senin-Kamis (08.00-16.00) dan Jumat (08.00-11.00, 13.00-16.30). 

Be the first to reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *