Empat Penjual Dimsum di Wlingi

Beberapa waktu yang lalu aku memesan dimsum melalui aplikasi perpesanan yaitu Whatsapp. Usai menyantap dua porsi dimsum, aku mendapat pesan dari penjual untuk memberi kritik dan saran. Aku mau-mau saja, tapi sepertinya tidak bisa langsung saat itu juga aku memberi kritik dan saran karena aku perlu berpikir sejenak.  Sejauh ini, selama tinggal di Wlingi hampir tiga tahun terakhir, aku menjumpai empat penjual dimsum. Tiga di antaranya baru berjualan di tahun 2020. Sebelum mengulas penjualnya, mari kita pahami dulu apa itu dimsum. Melalui penelusuran internet, kata “dimsum” bersal dari bahasa Kanton yang artinya makanan kecil. Kata “dimsum” sendiri sudah masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diartikan sebagai: hidangan tradisional Cina yang terdiri atas berbagai jenis makanan, seperti pangsit atau siomai, yang dikukus atau digoreng dan disajikan dalam porsi kecil. Nah, sekarang aku akan mengulas empat penjual dimsum di Wlingi berdasarkan urutan pengalaman mencoba.

  1. Tito Agen Sosis

Tito Agen Sosis merupakan ruko berlokasi di Jalan Raya Bening. Mereka menjual beraneka ragam frozen food seperti sosis, crab stick, nugget, dan siomai. Untuk satu kotak siomai ayam (seukuran lunch box standar) dihargai +/- Rp20.000,00 . Dari segi rasa dan harga, aku sekeluarga merasa cocok. Namun sayang, siomai dengan jenama yang sudah menjadi langganan kami akhir-akhir ini sulit didapat.

Food Truck  berwarna oranye ini biasa mangkal dari pukul 16.00-21.00 WIB di selatan apotek Dian Farma, Beru. Dengan empat wadah bambu besar, beraneka bentuk dimsum dijajakan, siap dipinang pembeli dengan harga seribu hingga empat ribu rupiah per bijinya. Selama ini aku hanya melihat dari kejauhan ketika sedang bersepeda melewati sisinya. Pengalamanku mencicipi dimsum dari Odimsum bukanlah kesengajaan. Kedua orang tuaku iseng membeli seporsi dimsum beraneka bentuk dan warna karena kudapan yang kuinginkan sedang tidak tersedia. Setelah kucoba, kira-kira enam dari sepuluh dimsum tersebut memiliki rasa yang mirip. Aku tidak tahu bagaimana meendeskripsikan rasanya, mungkin fishy, ada sedikit rasa dan aroma ikan. Saus mayonesnya menurutku enak.

Akhir Desember lalu Paradimsum membuka gerainya di Jalan Dr. Sucipto, bersebelahan dengan Halallicious. Buka dari pukul 09.00-20.30 WIB, Paradimsum menyajikan beragam dimsum dengan kualitas premium dan harga yang lumayan pricey. Menu termurahnya adalah siomai yang dibanderol Rp12.000,00 / porsi (empat biji). Ada dimsum kukus dan goreng. Di Senin pertama Januari 2021 aku mencoba wotiek (daging ayam yang dibungkus kulit tipis, sekilas bentuknya mirip dumpling atau choipan) dan dimsum sayur. Rasa orisinalnya sudah enak. Tekstur wotiek dan siomai yang padat dan lembut disiram saus berwarna oranye menimbulkan sensasi manis dan pedas di setiap gigitannya. Tapi aneh, ketika aku membeli dimsum untuk kali kedua (Senin, 17/01/21, dengan menu yang sama), rasa saus oranyenya agak berubah. Rasa manis cenderung dominan dan sensasi rasa pedas yang sopan pergi entah kemana. Oh ya, kalau kalian membeli dimsum untuk dibawa pulang, kalian akan dikenai biaya tambahan untuk kemasan karton. Jadi, saranku kalau ingin memesan untuk dibawa pulang sebaiknya bawalah lunch box sendiri. Ingat, setiap rupiah sangat berharga.

Pawon Hani adalah penyedia layanan pengantaran makanan yang dijajakan secara daring. Pembeli bisa memesan melalui Whatsapp, kemudian makanan akan diantar ke tujuan (ada ongkos kirim). Atau jika pembeli ingin membeli langsung, bisa menyambangi rumah empunya di Gg. Sakura No B-26, Jengglong, Kaweron, Talun (secara geografis memang masuk kecamatan Talun, tapi sangat dekat dengan kecamatan Wlingi). Produk Pawon Hani dibuat manual (hand made) namun rasanya boleh diadu. Menu yang terdapat di Pawon Hani yaitu batagor endul, lasagna gemes, siomai ayam dan siomai udang. Menu yang sudah kucoba adalah siomai ayam dan siomai udang yang dihargai Rp10.000,00 / porsi (empat biji). Rasa orisinalnya memuaskan. Sausnya (yang juga merupakan produk handmade ) sangat enak! Adagium “Harga kaki lima, rasa bintang lima” adalah adagium yang paling tepat untuk menggambarkan Pawon Hani.

Itulah empat penjual dimsum di Wlingi yang kuketahui. Silakan dilarisi sesuai kebutuhan lidah dan kemampuan kantong. Jika ada kekurangan atau kesalahan informasi, silakan tulis di kolom komentar. Tabik!

Bon-Bon Kahve, 24 Januari 2021

Be the first to reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *